Apa itu Schizophrenia ?



Kalian Korean drama addicted? Udah nonton It’s Okay,That Love? Kalau udah pasti kalian pernah mendengar tentang Schizophrenia. Ya ! Dalam drama ini tokoh utamanya ( Jo In Sung) menderita penyakit psikologis yang dinamakan Schizophrenia. Kali ini, kita akan coba membahas tentang Schizophrenia, Check it out ! 



Schizophrenia merupakan gangguan mental kronis yang dapat melemahkan penderitanya. Penyakit ini menimbulkan gangguan pikiran dan persepsi pada dunia nyata. Biasanya, schizophrenia dialami oleh remaja pria pada awal 20-an, namun wanita juga dapat rentan menderita schizophrenia saat berusia akhir 20an atau awal 30an. Istilah schizophrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu skhizein (“membagi”) dan phrÄ“n (“pikiran”). Akan tetapi penyakit ini bukanlah penyakit dengan pikiran atau kepribadian yang terbagi. Penyakit tersebut memiliki nama lain yaitu penyakit kepribadian ganda atau “multiple personality disorder”. Schizophrenia merupakan nama yang diberikan untuk penyakit perilaku sosial yang tidak normal dan ketidakmampuan mengenali mana yang nyata dan mana yang ilusi.

Gejala dan Diagnosis Schizophrenia

Gejala schizophrenia biasanya dimulai dengan mengalami halusinasi seperti mendengar suara aneh. Mereka juga mengalami delusi serta memiliki pikiran dan ucapan yang semrawut. Pada kasus tertentu, penderita schizophrenia akan menjadi tidak tertarik berinteraksi dengan lingkungan sekitar, tidak menjaga kerapihan dan kebersihan diri, serta kehilangan motivasi. Penderita schizophrenia tertentu akan mengalami kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, mengakses memori jangka panjang, mengatur fokus perhatian, dan memproses informasi dengan cepat. Sekitar 30% – 50% penderita penderita schizophrenia kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa mereka menderita penyakit tersebut dan tidak mau menerima perawatan.

Biasanya, kerentanan menderita schizophrenia mengalami puncak pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Sekitar 40% pria dan 23% wanita yang didiagnosis schizophrenia mengalami gejala penyakit ini saat berusia sebelum 19 tahun. Perkembangan kondisi schizophrenia biasanya bersifat sementara atau terbatas. Beberapa kondisi tersebut bersifat prodromal dan biasanya berupa sikap anti sosial, mudah marah, ketidakpuasan terhadap kondisi sekitar, dan mudah canggung. Diagnosis penyakit Schizophrenia dapat ditentukan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke 5 (DSM-V), atau International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD-10). Terdapat lima karakteristik gejala dari schizophrenia yaitu delusi, halusinasi secara terus-menerus, ucapan membingungkan, sangat berantakan, dan penurunan fungsi sosial seperti penurunan ekspresi emosional atau tidak mau berinteraksi dengan lainnya. Menurut diagnosis ICD-10, gangguan schizophrenia dapat bersifat kontinu atau episodik dimana delusi yang dialami akan hilang sepenuhnya atau tersisa sebagian dalam beberapa saat.

Seorang akan tergolong menderita schizophrenia jika mengalami minimal dua gejala klasik yang dijelaskan diatas secara signifikan dalam periode 1 bulan. Diagnosis menggunakan ICD-10 sedikit berbeda dengan DSM-V dimana ICD tidak melibatkan disfungsi sosial dan kinerja. Selain itu, ICD juga tidak mengidentifikasi apakah gejala tersebut telah berlangsung selama 6 bulan. Pengujian awal dari schizophrenia dapat dilakukan dengan pengujian darah dan MRI atau CT scan. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui trauma fisik dan berbagai gangguan mental lainnya yang bisa saja terjadi di masa lalu. Selain itu, rekam jejak penderita gejala schizophrenia terhadap konsumsi alkohol atau berbagai zat psikoaktif lainnya juga mesti dilakukan untuk memastikan seberapa besar pengaruh zat tersebut dalam menimbulkan gejala schizophrenia.

Perawatan, Pengobatan, dan Pencegahan Schizophrenia

Perawatan schizophrenia biasanya dilakukan menggunakan obat antipsiotik untuk meredakan berbagai gejala psikotik, atau kegilaan. Obat ini mesti dikonsumsi pada setiap fase schizophrenia yaitu fase akut, penstabilan, stabil, dan penyembuhan. Dua jenis obat antipsikotik yang biasanya menjadi resep adalah olanzapine (nama pasaran Zyprexa) dan risperidone (nama pasaran Risperdal). Belum diketahui mana dari kedua jenis obat ini yang lebih baik. Saat schizophrenia telah kronis, penderita harus menjalani terapi jangka panjang dan memilih untuk menggunakan antara obat psikotik dan antipsikotik. Obat antipsikotik biasanya memiliki resiko efek samping yang lebih rendah, namun dengan harga yang lebih mahal.

Pengobatan schizophrenia membutuhkan kerjasama dengan penderita dalam menentukan pilihan pengobatan, apakah itu menggunakan obat secara oral atau obat suntik. Selain itu, dokter biasanya membutuhkan beberapa kali uji coba hingga menemukan kombinasi obat yang tepat. Penderita harus bersabar dan bersedia bekerja sama untuk membantu kelancaran pengobatan. Selain itu, pasien juga sebaiknya mengambil pengobatan terapi kognitif-behavioral. Karena dampak schizophrenia tidak hanya dirasakan penderita, penting bagi keluarga dan orang terdekat untuk memberi dukungan saat berinteraksi dengan penderita schizophrenia. Keluarga juga sebaiknya mempertimbangkan untuk mengambil terapi menangani penderita untuk mengenali dan mengurangi jenis interaksi yang dapat memicu kambuhnya gejala schizophrenia. Selain memberi dukungan, keluarga juga sebaiknya menjaga kondusivitas lingkungan rumah dan kerja untuk menurunkan resiko yang tidak diinginkan.
Hingga saat ini, pengobatan yang pasti untuk penyakit schizophrenia belum ditemukan. 

Penyakit ini juga sulit dicegah karena tidak ada tanda yang jelas bagaimana penyakit ini berkembang. Sejauh ini, baru ada bukti sementara terkait efektivitas dari upaya awal pencegahan penyakit schizophrenia. Dari upaya yang sejauh ini dilakukan, pencegahan awal dapat memberi hasil positif dalam jangka pendek, namun tidak begitu berpengaruh setelah lewat dari 5 tahun. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terapi kognitif-behavioral sebaiknya dilakukan oleh penderita schizophrenia dapat menurunkan resiko kegilaan. Bagi yang belum terdiagnosis schizophrenia, sebaiknya hindari penggunaan narkoba yang tergolong cannabis (genus dari ganja), kokain, dan amfetamin. Jenis narkoba ini ternyata terkait dengan perkembangan penyakit schizophrenia.

Semoga menambah wawasan :D


Sumber Bacaan :
 http://www.bglconline.com/2014/09/gejala-penanganan-penyakit-schizophrenia/
Regard,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[DIY] Mie Lendir Kuah Kacang Batam